eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Episode 2 Abracadabra! Ini Alasan Ji Chang Wook Menyebut Sunrise Gunung Batur yang Terindah Sepanjang Hidupnya

Episode 2 Abracadabra! Ini Alasan Ji Chang Wook Menyebut Sunrise Gunung Batur yang Terindah Sepanjang Hidupnya - Di antara banyak tontonan Korea yang tayang di Viu sepanjang Desember 2025, episode kedua Abracadabra! The Galaxy of Ultimate Healing terasa paling hening sekaligus membekas. Di episode inilah Ji Chang Wook menyebut satu momen sederhana sebagai pengalaman yang tak akan ia lupakan seumur hidup: menyaksikan matahari terbit di Gunung Batur.

Bersama Bryan Domani, Ji Chang Wook menjalani perjalanan yang jauh dari gemerlap dunia hiburan. Tanpa skrip dan tanpa akting berlebihan, yang tersisa hanyalah kelelahan, keheningan, dan keindahan alam yang datang perlahan.

Episode 2 Abracadabra! Ini Alasan Ji Chang Wook Menyebut Sunrise Gunung Batur yang Terindah Sepanjang Hidupnya


Menurunkan Tempo di Indonesia

Di episode ini, Abracadabra! benar-benar setia pada maknanya sebagai perjalanan pemulihan. Ji Chang Wook terlihat mengikuti ritme yang lebih pelan dari kesehariannya sebagai aktor papan atas Korea. Di Indonesia, ia tidak dikejar jadwal ketat atau tuntutan peran. Ia hadir sebagai manusia biasa yang menikmati waktu.

Baca juga:Review Hotel Grand Keisha Jogja, Menginap Nyaman dengan Lokasi Strategis

Bali menyambutnya dengan kehangatan, Yogyakarta memberi ruang untuk bernapas lebih dalam, sementara Sumba menghadirkan lanskap luas yang menenangkan. Namun dari semua perjalanan itu, justru Gunung Batur yang menjadi titik paling sunyi—dan paling menyentuh.

Saat Dunia Masih Terlelap

Perjalanan menuju Gunung Batur dimulai saat sebagian besar orang masih terlelap. Bangun pukul dua pagi, meninggalkan kenyamanan tempat tidur, lalu menempuh jalur off-road dalam gelap bukanlah hal yang mudah. Di dalam jip yang melaju di jalur berbatu, dingin dan kantuk bercampur jadi satu.

Lampu kendaraan menerobos kegelapan, suara mesin memecah sunyi, dan tubuh terombang-ambing mengikuti medan. Rasanya seperti menunggu tirai panggung terbuka—ada rasa lelah, tapi juga harapan akan sesuatu yang istimewa di depan.

Detik Ketika Fajar Datang

Semua terbayar ketika cahaya pertama muncul di balik siluet Gunung Batur. Langit perlahan berubah warna, dari gelap ke kemerahan, lalu keemasan. Ekspresi Ji Chang Wook pun ikut berubah. Senyum kecil muncul tanpa dibuat-buat, seolah seluruh penat luruh dalam sekejap.

Di momen itu, ia tidak sekadar melihat matahari terbit, tetapi merasakan ketenangan yang mungkin sudah lama hilang dari hidupnya. Dengan suara jujur dan tanpa dramatisasi, ia menyebutnya sebagai sunrise terindah yang pernah ia lihat. Kalimat sederhana, tapi terasa penuh makna.

Teman yang Tepat di Waktu yang Tepat

Pengalaman sunyi seperti ini bisa terasa canggung jika ditemani orang yang salah. Untungnya, Bryan Domani hadir sebagai teman perjalanan yang pas. Tidak banyak bicara, tidak memaksa suasana. Keakraban mereka mengalir alami, justru memperkuat rasa tenang di gunung.

Baca juga:Review Reddoorz Menara One Solo: Menginap Nyaman dan Tenang

Kehangatan warga lokal pun menambah lapisan rasa. Senyum, sapaan, dan suasana ramah membuat Ji Chang Wook merasa benar-benar diterima, bukan sebagai bintang tamu, tapi sebagai manusia yang sedang belajar berhenti sejenak.

Puncak dari Proses Healing

Sunrise di Gunung Batur menjadi titik temu dari banyak rasa: lelah yang terbayar, hati yang lebih ringan, dan pikiran yang kembali jernih. Di keheningan puncak gunung itu, Ji Chang Wook seakan menemukan kembali ruang untuk dirinya sendiri.

Episode ini mengingatkan kita bahwa momen paling berharga tidak selalu datang dari hal besar. Kadang, cukup dengan bangun lebih pagi, duduk diam, dan membiarkan alam berbicara.

Pembaca Kisah Foto Blog bisa ikut merasakan perjalanan emosional ini lewat episode kedua Abracadabra! The Galaxy of Ultimate Healing.

Anda mungkin suka:Pengalaman Menginap di @K Hotel Kaliurang Jogja, Rooftop-nya Keren!
0

Posting Komentar