eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Drakor Pyramid Game Ungkap 4 Faktor Pendorong Perundungan atau Bully

Drakor Pyramid Game Ungkap 4 Faktor Pendorong Perundungan atau Bully - Perundungan atau bully jadi salah satu masalah yang dihadapi sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Korea Selatan. Negara Asia yang sudah tergolong negara maju ini malah dikabarkan semakin tinggi setelah masa pandemik COVID. Tak heran kalau topik ini diangkat dalam berbagai medium, salah satunya webtoon yang kemudian diadaptasi menjadi drama Pyramid Game.

Drama remaja terbaru di Viu ini menceritakan Sung Soo-Ji (diperankan Bona WJSN) yang baru pindah sekolah ke Baekyeon Girls High School di Seoul. Di kelas barunya, kelas 2-5, Soo-Ji menemukan banyak kejanggalan, terutama ketika ia diajak berpartisipasi dalam aplikasi voting popularitas  bernama pyramid game. 

Drakor Pyramid Game Ungkap 4 Faktor Pendorong Perundungan atau Bully


Voting dilakukan sebulan sekali untuk menentukan siswi paling populer dengan nilai A hingga F. Siswi yang mendapatkan hasil paling rendah, akan mendapatkan nilai F dan menjadi target perundungan. Permainan ini sudah menelan korban. 

Pada voting pertama yang ia ikuti, Soo-ji langsung merasakan kejamnya perundungan karena mendapat nilai F. Tak seorang pun membantunya. Pihak sekolah dan guru pun seolah menutup mata. Tak mau menyerah, dengan berbagai strategi Soo-ji berusaha keluar dari peringkat F dan bertekad untuk mengakhiri permainan pyramid game. 

Lewat drama Pyramid Game penonton dibuat gemas dengan kondisi yang membuat perundungan subur terjadi di sekolah itu. Biasanya, dalam  budaya senioritas menjadi penyebab yang memicu perilaku perundungan di sekolah. 

Perundungan terjadi ketika budaya senioritas yang melenceng,  dimana kakak kelas bersikap otoriter, arogan, dan merasa lebih berkuasa daripada adik kelasnya. Jika ini tidak dihentikan, ketika tahun ajaran berganti, adik kelas yang menjadi senior pun akan meniru pendahulunya. 

4 Faktor Pendorong Perundungan atau Bully

Dalam Pyramid Game, perundungan terjadi antar teman satu kelas, unsur senioritas tidak menjadi pemicunya. Ini yang menjadi penyebab perundungan terjadi di kelas 2-5 Baekyeon Girls High School.

1. Faktor Sosial

Kesenjangan sosial ekonomi bisa jadi penyumbang perilaku perundungan di sekolah. Dalam drama Pyramid Game dikisahkan perundungan yang terjadi di sekolah terjadi karena faktor sosial. Strata sosial tertinggi dikelas 2-5 dipegang oleh Baek Ha-rin, cucu dari yayasan pemilik sekolah sekaligus group konglomerat. Ia juga yang pertama kali menggagas pyramid game. 

Dengan posisinya ia selalu berada di peringkat paling atas piramida yang mengukuhkan kekuasaannya terhadap teman-teman sekelasnya. Baek Ha-rin memanfaatkan status sosialnya untuk mengendalikan sekolah.

Baca juga:Menjajal Nikkou Ramen, Kuliner Hidden Gem Legend di Jogja

2. Lemahnya pengawasan sekolah

Pengawasan sekolah yang lemah terhadap kasus bullying bisa menjadi pemicu dan menyuburkan perilaku perundungan di sekolah. Pengawasan yang lemah di sini antara lain kurangnya pengawasan pada tempat-tempat yang rawan terjadinya kekerasan, seperti lapangan olahraga, kantin, kamar mandi, dan tempat-tempat yang jauh dari pengawasan guru. 

Pengawasan sekolah yang lemah juga termasuk pengabaian laporan perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah, serta guru yang menganggap perundungan sebagai candaan khas anak-anak. Semua itu membuat pelaku perundungan merasa bebas melakukan dan akan mengulangi perilakunya. 

Inilah yang terjadi dalam drama Pyramid Game yang tayang di Viu. Soo-ji bahkan menerima perlakukan mengerikan dari wali kelas saat melaporkan perundungan yang ia alami. Guru baru yang mencoba membongkar perundungan di kelas 2-5 malah dipecat sekolah. 

3. Keluarga 

Rumah adalah lingkungan pertama tempat anak belajar. Perilaku agresif anak seringkali terbawa dari rumah. Hukuman fisik yang berlebihan, tekanan dari keluarga untuk memenuhi harapan orang tua adalah beberapa kondisi yang yang memicu perilaku agresif anak. 

Posisi anak yang lemah dan tidak berdaya dalam keluarga membuat anak melampiaskannya di pada orang lain, di sekolah. Salah satu siswa yang melakukan perundungan dalam Pyramid Game diketahui mengalami kekerasan fisik di rumah. Ia meniru apa yang dilihat dan dirasakannya sehari-hari, merundung yang lebih lemah, dalam hal ini yang berada di peringkat lebih rendah dalam piramida.

Baek Ha-rin dan siswa-siswa pelaku perundungan menganggap kekerasan sebagai hal yang biasa dalam membina hubungan dan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.

4. Kelompok sebaya

Anak, terutama ketika menginjak usia remaja mencari dukungan dan rasa aman dalam kelompok sebaya. Mereka ingin diterima oleh kelompok sebaya. Itu sebabnya semua siswa kelas 2-5 Baekyeon Girls High School mengunduh aplikasi dan ikut dalam pyramid game. 

Salah satu siswa yang semula tidak mau ikut dalam permainan mengalami perundungan dan dijauhi karena dianggap orang asing oleh teman-temannya. Di lain sisi, perundungan juga kerap jadi alat pembuktian agar bisa diterima sebagai bagian dari kelompok tertentu. 

Bagaimana perjuangan dan nasib Soo-ji bertahan di sekolah barunya, kamu bisa ikuti drama Korea Pyramid Game yang makin seru setiap episodenya, hanya di Viu.

Source, credit image: Press Release

Anda mungkin suka:Menikmati Kesegaran Spesial Soto Boyolali (SSB) Hj. Hesti Widodo di Denpasar, Bali
Posting Komentar

Posting Komentar